early stage English learning

MEMAKSIMALKAN DAYA INGAT PESERTA DIDIK PADA LINGKUNGAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) DALAM MEMPERKAYA KOSAKATA BAHASA INGGRIS
1.      Pendahuluan
Di era yang kian modern ini bahasa Inggris nampak semakin populer di tengah-tengah masyarakat. Untuk meretas generasi yang siap bersaing di masa modern ini dan yang akan datang maka dipandang perlu untuk mengenalkan bahasa Inggris terhadap anak sejak usia dini. Mempelajari bahasa Inggris sebagai bahasa kedua perlu dimulai sejak dini sebelum individu memasuki masa pubertas. Apabila telah memasuki masa pubertas akan ada banyak kendala yang dihadapi sehingga hasil yang diperoleh tidak maksimal, terutama dalam meguasai pronunciation atau tatacara pengucapan bahasa asing tersebut.
Usia dua tahun merupakan usia yang paling tepat bagi anak-anak untuk memperkaya kosakata bahasa Inggris. Pada usia ini, dengan diawali kemampuan untuk mengingat kembali huruf yang pernah dilihat sebelumnya, anak bisa memperluas pengertian bahasanya. Pada saat dibacakan sajak misalnya, yang pertama diingat adalah beberapa baris huruf terakhir, tapi melalui peragaan bersama, sajak tersebut akan bisa diingat sepenuhnya. Lebih lanjut, kemampuan mendengar anak dalam usia ini sudah sangatlah bagus. Anak sudah bisa mendengar dan melaksanakan intruksi. Dengan memaksimalkan kecerdasan anak pada usia tersebut, tentu memperkaya kosakata bahasa Inggris bukanlah menjadi hal yang sulit lagi.
Namun sayangnya, pendidik di PAUD masih belum mampu memaksimalkan momentum tersebut. Pendidik  atau guru di PAUD hanya lulusan SMA dan mayoritas tidak mau mengikuti pelatihan, kompetensi paedagogik yang digunakan untuk mengajar belum sesuai. Di samping itu, pendidik juga belum mempunyai cukup pengetahuan mengenai psikologi perkembangan anak didik atau anak usia dini yang berakibat pada tidak sesuainya materi pembelajaran dengan kemampuan peserta didik. Davies (1987:32) menyatakan, “Setiap siswa memiliki karakteristik sendiri-sendiri yang berbeda satu  dengan yang lain. Karena hal inilah, setiap siswa belajar menurut tempo (kecepatan)nya sendiri dan untuk setiap kelompok umur terdapat variasi kecepatan belajar”
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai bagaimana: (1) cara kerja otak anak usia dini dalam menanggapi stimulus baru yang mereka peroleh (2) seharusnya penyampaian kosakata bahasa Inggris dikemas sehingga mampu diingat oleh peserta didik dalam waktu yang relatif panjang (3) penyebab bosannya peserta didik usia dini dalam menerima bahan ajar yang tujuannya memperkaya kosakata mereka.           

Penulisan makalah ini bertujuan untuk menganalisa beberapa metode pembelajran kosakata bahasa Inggris di lingkungan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)  yang dinilai lebih efektif dan efisien dari metode yang saat ini banyak digunakan di lingkungan pendidikan tersebut.





2.    Reaksi Otak Anak  Usia Dini Dan Perkembangan Kognitifnya
 Dinyatakan bahwa reaksi otak manusia dapat dipahami sebagai kegiatan yang timbul akibat gejala atau peristiwa yang dihadapi oleh manusia, baik yang dilihat, dimakan, diraba, dan sebagainya. Reaksi otak manusia juga bermakna tanggapan atau respon otak terhadap kejadian di sekelilingnya. Reaksi itu melahirkan perubahan sikap terhadap seseorang (perubahan prilaku), baik saat itu juga, ataupun pada saat yang lain, karena bekerjanya suatu unsur dalam otak. Kejadian-kejadian yang bisa menimbulkan reaksi otak secara cepat bisa berbentuk kata- kata, gambar, warna, pemandangan, sebuah keadaan yang menekan, hal-hal yang membahagiakan, hal-hal yang membahayakan diri sendiri, dan lain sebagainya (Decaprio,2012:5).
       Saat anak berusia 2-7 tahun, perkembangan kognitif anak berada pada tahap perkembangan praoperasional. Tahap ini merupakan tahap dimana anak belum mampu menguasai operasi mental secara logis. Pemikiran mereka pada  masa ini masih memiliki dua batasan penting yaitu Egosentrime dan Animisme (Wikipedia, 2016). Egosentrime adalah ketidakmampuan untuk membedakan perspektif sendiri dan perspektif orang lain. Misalnya, seorang anak yang berusia empat tahun sedang berkomunikasi dengan ayahnya yang berada di tempat lain dengan handphone. Si anak menunjukkan respons dengan mengangguk-nganggukkan kepala untuk menyatakan setuju terhadap permintaan atau intruksi sang ayah, si anak tidak menyadari bahwa sang ayah tidak melihat anggukannya.adapun yang dimaksud pemikiran animisme pada anak dalam periode operasional ini adalah keyakinan bahwa benda mati mempunyai sifat seperti mahluk hidup yang mampu bertindak atau melakukan sesuatu.
       Perkembangan kemampuan berbahasa pada anak-anak Praoperasional juga terus mengalami perbaikan. Bahasa merupakan hasil dari kemampuan seorang anak untuk menggunakan simbol-simbol sesuai dengan tingkat penalaran mereka. Sebagaimana otak manusia mengembangkan dan memperoleh kapasitas untuk berpikir representasional, anak-anak juga memperoleh dan memperbaiki kemampuan bahasanya. Beberapa peneliti telah meneliti kemampuan berbahasa dengan jumlah rata-rata kata dalam kalimat yang dikuasai oleh anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin banyak anak-anak menggunakan kata-kata dalam kalimat, maka akan semakin canggih perkembangan bahasanya.
3.    Mengemas Materi Kosakata Bahasa Inggris Sehingga Lebih Menarik dan Mudah Diingat
Secara garis besar, teradapat tiga cara seorang anak membentuk memori permanen. Pertama dengan memori Generik, memori ini merupakaan memori yang menghasilkan script bagi rutinitas yang akrab untuk memandu prilaku. Script adalah catatan umum yang akrab dan berulang, digunakan untuk memandu perilaku. Misalnya, seorang anak bisa saja memiliki script untuk naik bus ke sekolah atau makan siang di rumah nenek ketika kedua perilaku tersebut menjadi rutinitas anak tersebut. Kedua adalah dengan memori Episodis. Memori ini adalah memori jangka panjang yang kerap terjadi dan dihubungkan dengan tempat dan waktu. Misalnya, bagi seorang anak muslim, mereka akan pergi ke tempat sembahyang pada waktu-waktu tertentu. Ingatan mereka akan tempat dan waktu dari kewajiban sholat tersebut merupakan salah satu contoh rutinitas yang mereka tanamm dalam memori episodis. Ketiga adalah memori Autobiografis. Memori ini berisi tentang peristiwa-peristiwa tertentu dalam kehidupan seorang anak. Misalnya, seorang anak megingat ketika dia pergi ke kebun binatang. Karena ke kebun binatang itu mereka mengingat peristiwa-peristiwa unik. Dia juga mengingat detail dari perjalanan tersebut hingga beberapa tahun. Tahap perkembangan awal tiga memori pada anak usia dini di atas, akan sangat membantu para pendidik untuk memperkaya kosakata peserta didik mereka.
Pertama dengan memaksimalkan memori Generik peserta didik. Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa dukungan lingkungan yang sesuai untuk perkekmbangan bakat itu (Tirtarahardja dan Sulo, 2005:198). Sama halnya seperti marka jalan, marka jalan berfungsi  untuk memandu pengguna jalan bagaiamana seharusnya pengguna jalan bertindak setalah melihat dan memahami marka jalan tersebut. Setelah kejadian yang berulang-ulang. Seorang pengguna jalan akan mampu mengingat bagaimana bentuk marka jalan tersebut dan apa maksudnya dalam jangka waktu yang cukup lama walaupun dia tidak pernah mencoba untuk menghafal marka-marka jalan tersebut. Begitupun dengan anak usia dini, dengan menciptakan suasana seperti tergambar dalam contoh di atas, maka seorang anak akan mampu mengingat kosakata bahasa Inggris dalam jumlah dan waktu yang begitu memuaskan. Tenaga pendidik bisa saja meletakkan marka jalan di setiap tempat. Bentuknya tidak jauh berbeda dengan marka jalan sebenarnya, yaitu dengan gambar namun disertai dengan kosakata yang menerangkan aktifitas dari gambar tersebut.  Di sekitar pintu masuk kelas misalnya, guru bisa meletakkan tanda seperti gambar 1.1.
Untitled-1 copy.jpg
 





Gambar 1.1 Arahan untuk
Masuk kelas

Dengan meletakkan gambar seperti gambar 1.1, seorang anak akan berusaha memahami apa maksud gambar tersebut. Dia juga akan menirukan aktifitas yang terdapat didalamnya. Tidak berhenti di situ, seorang anak yang telah paham dan melaksanakan aktifitas tersebut akan menamainya juga, yaitu dengan “come in”. Untuk sementara mereka akan beranggapan bahwa aktifitas membuka pintu dan masuk melewatinya adalah “come in” tanpa mereka tahu dengan sebenar-benarnya arti dari kata itu. Seiring berjalannya waktu, mereka akan menemui aktifitas yang sejenis dengan yang dia lakukan berdasarkan gambar yang dia lihat di pintu dengan nama yang berbeda yaitu “masuk”. Stimulus berupa “masuk” tersebut akan diolah dengan logikanya yang masih sangat sederhana. Akhirnya mereka berkesimpulan bahwa “come in” itu adalah bahasa Inggris yang berarti masuk. Eksplorasi pikiran yang sedemikian rupa mungkin akan memakan waktu yang agak lama dikarenakan seorang anak dituntuk secara mandiri untuk mengetahui dan mengerti apa arti “come in”  dengan logika mereka yang belum cukup memadai. Untuk menghindari hal tersebut, guru bisa langsung memberitahukan bahwa arti dari kata di gambar yang tertera di depan pintu adalah masuk. Yang terpenting dalam proses ini adalah seorang anak akan sering melihat tanda itu dan melakukan intruksinya, bukan bagaimana mereka menemukan jawaban dari maksud gambar tersebut. Selebihnya, guru bisa meletakkan gambar-gambar lain seperti di tempat duuduk, meja, papan tulis, jendela, dan di temat-tempat lain yang sekiranya mudah dijangkau peserta didik.
Kedua, dengan memori Episodis. Robbins (2000:155) menyatakan, “Awal suatu kebiasaan adalah ibarat benang yang tidak kelihatan, tetapi setiap kita ulangi tindakan tersebut, kita memperkuat benangnya, kita menambahkan seratnya lagi hingga menjadi kabel yang tebal dan mengikat pikiran serta tindakan kita, yang tidak dapat ditarik kembali”. Anak yang rajin sikat gigi sebelum tidur, memanggil salam ketika mau pergi ataupun samapai di rumah, bangun jam enam pagi, dan kebiasaan baik lain yang seorang anak lakukan tidak lain bermula dari tepatnya pemanfaatan periode perkembangan dari memori episodis. Semua aktifitas dalam contoh dimulai dari intruksi sederhana dan dengan pembiasaan. Guru bisa saja melakukan hal sedemikian untuk membantu peserta didik usia dini dalam memperkaya kosakata bahasa Inggris mereka. Misalkan, setiap pagi guru menyapa murid-muridnya dengan good morning, dilankutkan dengan artinya, “selamat pagi”. Jika hal tersebut dilakukan dengan rutin, maka peserta didik akan ingat dalam waktu yang relatif panjang bahwa good morning adalah kata sapaan dalam bahasa Inggris yang berarti “selamat pagi”. Tidak hanya dalam kata sapaan, tapi juga diberbagai kesempatan yang sekiranya ungkapan-ungkapan pendek dalam bahasa Inggris bisa diucapkan seperti how are you?, see you, excuse me, good job, here, there, nothing, amazing, excelent, dan lain sebagainya.
Yang terakhir, kaitannya dengan memori anak, adalah Autobiografis. Seperti dijelaskan sebelumnya, bagian memori ini mampu menyimpan detail dari kejadian yang anak alami. Disana, anak menemukan banyak hal baru yang unik, menyenangkan, dan dengan dibekali rasa ingin tahu anak yang sangat besar di usia itu, membuatnya mudah mengingat kejadian-kejadian yang dialaminya. Namun, tentunya, kejadian-kejadian atau pengalaman yang dimaksud bukanlah pengalaman yang biasa anak alami setiap hari dalam kehidupannya. Kejadian atau keadaan ini perlu direncanakan sebaik mungkin agar diperoleh maanfaat yang begitu besar bagi peserta didik. Pengajaran alam sekitar memberikan apresiasi emosional, karena alam sekitar mempunyai ikatan emosional dengan anak (Sulo, 2005:202). Salah satu contohnya adalah kegiatan eksplorasi alam. Peserta didik diajak belajar di luar kelas. Tentunya ini akan sangat menyenangkan bagi anak seusia mereka. Dalam kegiatan eksplorasi alam ini, tempat yang dituju haruslah sudah terkonsep. Misalkan, di tempat tersebut terdapat hal-hal unik yang mungkin tidak pernah dilihat oleh mereka, atau dengan cara meletakkan kosakata bahasa Inggris pada benda-benda yang akan dilihat para peserta didik.
Selama diperjalan ekplorasi alam tersebut, mereka akan mengingat setiap detail yang mereka lihat, termasuk kosakata yang terdapat pada benda-benda di sekitarnya. Secara sepontan, mereka akan bertanya apa maksud dari tanda atau bacaan-bacaan itu. Di momen inilah guru mulai menjelaskan tentang apa yang mereka lihat. Dijelaskan secara perlahan, jelas, dan mudah dipahami. Setelah mereka mendapat penjelasan dan memperoleh jawaban, apa yang mereka dapat akan bisa diingat dalam waktu yang relatif panjang. 


4.    Penyebab Kurangnya Minat Peserta Didik Dalam Memperkaya Kosakata Bahasa Inggris
Tingkat kecerdasan setiap siswa berebeda-beda. Ada siswa yang cerdas sehingga mampu menyerap pelajaran dalam sekali penyampaian, dan ada juga siswa yang harus mendapat berulang kali pengarahan baru ia mengerti dan memahami suatu pelajaran. Siswa yang mampu menyerap pelajaran dengan mudah bisanya lebih aktif daripada siswa yang kurang mampu menyerap pelajaran dengan baik, hal ini karena kebanyakan mereka menganggap bahwa dirinya tidak akan bisa memahami pelajaran ( rendah diri ). Ini menjadi penyebab terpenting dalam membangun kebosanan bagi siswa. Oleh karena itu, setiap guru dituntut untuk merangsang keaktifan para siswa (Mudjiono, 2013:246).
Contoh mudah adalah dengan membuat sebuah game sederhana yang memacu keaktifan pelajar, berupa kuis yang berisi pertanyaan logika atau hal-hal menyenangkan lainnya. Yang penting adalah, sedapat mungkin para guru membuat semua siswa aktif dalam belajar dengan membuat kegiatan yang mengasyikkan. Jangan biarkan para siswa belajar secara pasif. Hendaknya  setiap murid diikutsertakan dalam proses pembelajaran, sebab hal ini sangat menguntungkan bagi guru dan murid, karena guru dan murid masing-masing akan mengetahui kelemahannya untuk kemudian dievaluasi agar tercipta proses belajar mengajar yang lebih baik.
Seringkali seorang guru mencoba untuk membangun image yang menjadikan dirinya berwibawa. Namun banyak guru salah kaprah dalam menerapkan image ini. Bukannya bertambah wibawa, tidak jarang malah mereka menjadi olok-olokan di kalangan siswa. Ini terjadi karena para pengajar sering melakukan pendekatan yang salah terhadap para muridnya.
Menurut Dr. Carnegie (1987:54), tidak ada seorang manusia pun yang rela direndahkan derajatnya dan harga dirinya. Oleh sebab itu, jika seorang guru membangun wibawanya dengan cara menyombongkan dirinya dan menjatuhkan harga diri siswanya melalui kata-kata yang menunjukkan bahwa hanya sang gurulah yang benar, maka penjelasan dari guru tersebut tidak akan pernah didengar oleh para siswa, sebaliknya mereka akan mencari kesibukan masing-masing atau bahkan mereka tidur di kelas. Demikian halnya jika sang guru memberi kesan agar murid-murid takut kepadanya, yang terjadi adalah para murid hanya akan hormat sesaat kepada sang guru yaitu pada saat jam pelajaran sedang berlangsung, akan tetapi di luar itu sang guru tersebut menjadi bahan olok-olokan dan bahan tertawaan bagi siswanya. Jadilah guru yang disegani bukan ditakuti, karena kalau disegani walaupun gurunya tidak ada mereka tetap hormat, tapi kalau ditakuti, begitu gurunya tidak ada langsung menjadi bahan tertawaan.
Pendekatan semacam ini menyebabkan guru sering menganggap remeh kepada muridnya, sehingga ia pun mengajarkan hal-hal yang sebenarnya telah diketahui oleh siswanya, dan yang lebih parahnya lagi, apa yang ia ajarkan itu terkadang tidak sesuai dengan kenyataan. Jika ini terjadi, maka dapat dipastikan murid tidak akan mau berkonsentrasi, sebab ia merasa telah memahami permasalahan tersebut lebih baik daripada gurunya.
Padahal sebagai seorang guru yang baik, sudah seharusnyalah untuk berlaku adil. Maksudnya, walaupun secara perhitungan kasar mayoritas siswanya berpengetahuan rendah, tapi tetap ada beberapa siswa yang mempunyai kemampuan di atas rata-rata, mereka juga mempunyai hak untuk diberi pelajaran yang lebih baik, dan setiap guru harus mampu mengayomi minat belajar siswanya.
Dalam ilmu retorika, seorang pembicara akan sukses bila apa yang ia sampaikan betul-betul dapat mengubah pikiran orang lain, dan ini hanya akan terjadi, bila sang pembicara mampu menarik minat pendengar, yaitu dengan cara melakukan pendekatan yang sesuai dengan keinginan pendengar. Hal inilah yang harus dipelajari setiap guru agar sukses dalam menyampaikan materi pelajaran kepada murid-muridnya (Dimyati, 2009:248).
Kondisi fisik yang baik belum tentu akan menghasilkan perbuatan yang baik pula, walaupun pepatah berkata bahwa di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat pula, namun faktanya sering berlainan. Maka kondisi kejiwaan (Mood) harus benar- benar sesuai agar menciptakan hasil yang sesuai pula. Manusia sebagai makhluk yang cerdas sebenarnya lebih sering dipengaruhi oleh keadaan jiwa dalam melakukan suatu pekerjaan. Maka dari itu, guru haruslah mengetahui mood murid-muridnya, mungkin saja murid tersebut sedang ada masalah di luar sekolah, entah di rumah atau di tempat lainnya. Adakanlah bimbingan konseling untuk mengatasinya, jadikanlah sekolah sebagai tempat yang nyaman dan melindunginya, ini akan membantu untuk meningkatkan gairah dan semangat belajarnya.



5.    Penutup
Anak usia dini merupakan peserta didik yang patut untuk lebih diperhatikan. Bagaimana perkembangan pserta didik selanjutnya sangat tergantung dari proses perkembangannya di usia-usia muda ini. Dengan memanfaatkan perkembangan awal tiga macam memori yang terdapat dalam otak anak, pembelajaran kosakata bahasa inggris akan nampak lebih mudah dan efektif. Hal paling utama yang perlu diperhatikan adalah kemauan guru untuk mendidik mereka dengan semaksimal mungking. Memang benar bahwa peserta didik anak usia dini memiliki potensi yang besar untuk memperkaya kosakata bahasa Inggris mereka, namun perlu diingat bahwa mati dan berkembangnya potensi yang mereka miliki sangat tergantung pada peran tenaga pendidik.



DAFTAR PUSTAKA
Dimiyati, Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta
Tirtarahardja, Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta
Decaprio Richard. 2012. Betapa Dahsyatnya Reaksi Otak tehadap Kejadian-kejadian di Sekitar Kita.  Yogyakarta: FlashBook.
Decaprio Richard. 2013. Aplikasi Teori Pebelajaran Motorik di Sekolah.  Yogyakarta: DIVA Press.





OUTLINE MAKALAH
Topik   : Bahasa Inggris Untuk Pemula
Judul   : Memaksimalkan Daya Ingat Peserta Didik Pada Lingkungan Pendidikan Anak Usia
  Dini (PAUD) Dalam Memperkaya Kosakata Bahasa Inggris
Tema      : Metode penyampaian materi kosakata bahasa Inggris di lingkungan PAUD masih kurang mampu  menarik perhatian peserta didik dan kurang sesuai dengan kemampuan peserta didik, sehingga peserta didik cenderung bosan dan tidak mampu menangkap dan mengingat kosakata yang diajarkan.

1.      Pendahuluan
-          Pentingnya memperkenalkan bahasa Inggris sejak di usia dini di era modern ini
-          Usia yang paling tepat untuk mulai mengenal dan memperkaya kosakata bahasa Inggris
-          Faktor intern tidak berkembanya kosakata bahasa Inggris peserta didik di kalangan PAUD
-          Topik bahasan
-          Tujuan
2.      Reaksi Otak Anak  Usia Dini Dan Perkembangan Kognitifnya
-          Memahami reaksi otak.
-          Perkembangan kognitif anak usia dini.
-          Perkembangan kemampuan berbahasa pada anak-anak Praoperasional.
3.      Mengemas Materi Kosakata Bahasa Inggris Sehingga Lebih Menarik dan Mudah Diingat
-          Memori anak yang berperan menyimpan ingatan permanen.
-          Mengemas pembelajaran kosakata bahasa Inggris yang mengarah pada memori Generik.
-          Mengemas pembelajaran kosakata bahasa Inggris yang mengarah pada memori Episodis.
-          Mengemas pembelajaran kosakata bahasa Inggris yang mengarah pada memori Autobiografis.
4.      Penyebab Kurangnya Minat Peserta Didik Dalam Memperkaya Kosakata Bahasa Inggris
-          Tidak sesuainya meteri pembelajaran kosakata bahasa Inggris yang diberikan dengan tingkat kecerdasan peserta didik.
-          Cara penyampaian yang kurang tepat.
-          Kurangnya perhatian terhadap pengkodisian lingkungan sekitar di tempat belajar.
5.      Penutup
-          Simpulan; pendidikan bahasa Inggris pada anak usia dini patut memproleh perhatian lebih serta keberhasilan pembelajaran bertumpu pada kemauan guru.


Comments